Remaja Muslim

Berita Utama

Peristiwa

Showbiz

Ad Placement

Foto

Video

Inilah sahabat yang Menjadi duta Madinah pada saatNya





Rasulullah sangat tertarik pada Mush’ab. Dengan segala kemewahan yang diberikan orang tuanya rela ditinggalkan mengikuti agama yang dibawaNya. Mush’ab yang dulu memakai pakaian yang berkilau sekarang memakai pakaian yang usang dan melarat. Baginya lebih baik hidup dengan kekurangan harta daripada bergelimang harta tetapi harus menganut agama yang menyesatkan. Sampai makan pun sehari makan dan beberapa hari menderita lapar. Tetapi Allâh menghias jiwanya dengan aqidah yang suci dan cemerlang berkat adanya Nur Ilahi yang merubah dirinya menjadi sosok yang terlahir kembali menjadi manusia yang dihormati, penuh wibawa dan disegani.


Dakwah rasulullah hendak disebarkan ke semua negeri Jazirah Arab. Suatu ketika Rasulullah menunjuk Mush’ab menjadi duta atau utusan Rasul ke Madinah. Mush’ab diperintahkan untuk mengetahui seluk beluk agama kepada orang-orang Anshar yang telah nerima dan dibai’at kepada Rasulullah di bukit Aqabah. Serta mengajak orang untuk mempersiapkan kota Madinah untuk menyambut Hijratul Rasul.


Tanggungjawab yang berat telah diberikan kepada Mush’ab untuk mengemban tugas mempersiapkan Madinah sebagai kota yang tidak akan lama lagi menjadi kota tepatan atau kota hijrah yang kebanyakan akan terlahir da’i dan dakwah, tempat berhimpunnya penyebaran Islam dan Pembela Islam. Dengan sikap yang dimiliki Mush’ab berupa fikiran yang cerdas, budi yang luhur serta sifatnya yang zuhud, kejujuran dan kesungguhan hati, ia berhasil melunakkan dan menawan hati para penduduk Madinah hingga semua orang berduyun-duyun masuk islam. Hanya hitungan bulan mampu meningkatkan pengikut islam dengan ratusan orang yang bermula dari 12 orang yang di bai’at di bukin Aqabah.


Mush’ab bin umair telah membuktikan bahwasannya pilihan Nabi adalah tepat kepada dirinya meskipun masih banyak orang yang jauh lebih berpengaruh dan lebih dekat hubungannya dengan Rasulullah. Tidak lain hanya sebatas menyampaikan karena bahwasannya kebenaran ini harus disebarkan agar islam segera tegak. Menyampaikan islam dengan berita gembira bahwasannya Muhammad utusan Allâh. Dan semua dilakukan tidak lain hanya mengharap Ridha Allâh.
Di Madinah Mush’ab sangat gencar menyebarkan islam. Dengan ditemani As’ad ia pergi dari kabilah ke kabilah, dari rumah ke rumah, dari tempat-tempat pertemuan tidak lain menyebarkan islam dengan menyampaikan ayat-ayat Kitab Suci dari Allâh bahwa Allâh itu ESA.


Mush’ab tahu apa yang telah dilakukan selama di Madinah akan mempunyai resiko tinggi bagi nyawanya dan ummat yang mengikuti ajaran islam. Tetapi semua itu bisa ditepis dengan kecerdasan akal dan kebesaran jiwanya. Suatu ketika di saat menyebarkan islam di tengah kumpulan kecil majelis, Mush’ab disergap orang dari suku kabilah Adbul Asyhal, dia adalah Usaid bin Hudlair. Usaid ditodong dengan sebuah lembing dengan kemarahan yang berapi-api karena menyaksikan sendiri Mush’ab menyebarkan islam secara terang-terangan dan menganggap mengacau dan menyelewengkan pemikiran anak buahnya. Dia tidak mengenal Tuhan Mush’ab sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan belum mendengarnya. Menurutnya Tuhannya tepat berada pada tempatnya masing-masing bisa dilihat secara nyata. Ketika mengalami kesulitan segera datang untuk berkelih kesah tentang apa yang dihadapi. Tetapi kata Usaid Tuhan Muhammad tidak menampakkan tempatnya yang nyata. Tidak ada seorang pun yang dapat melihat keberadaanNya. Kedatangan Usaid dengan murka yang menjadi-jadi membuat semua dalam majelis ketakutan. Tetapi Mush’ab sangat tenang bagaikan air muka yang tidak berubah. Dia sudah mengira pasti akan menerimanya dengan pertentangan.


“Apa maksud kalian datang ke kampung dengan membawa ajaran Muhammad, apakah pembodohan rakyat terus akan dilakukan? Tinggalkan segera tempat ini jika tak ingin segera nyawa kalian melayang!” kata Usaid seperti singa yang akan menekan mangsanya.


“Kenapa kalian tidak duduk dan mendengarkan dulu? Seandainya anda menyukai nanti, anda dapat menerimanya. Sebaliknya ketika tidak menyukai kami bersama ummat akan menghentikan apa yang tidak anda sukai itu!” kata demi kata yang keluar dari bibir Mush’ab seperti laksana terang dan damainya sebuah cahaya fajar.


Yang diminta hanya mendengarkan apa yang telah dikaji dalam perkumpulan majelis kecil itu. Usaid seorang yang berakal dan berfikiran sehat. Beliau adalah orang yang bisa diajak untuk berfikir. Ketika Usaid tidak menyukainya tentang apa yang dijelaskan Usaid secara suka hati akan mencari tempat dan masyarakat yang lain.


Mush’ab membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan menguraikan dakwah yang dibawa oleh Muhammad bin Abdullah Saw. Seketika lembing yang dibawa Usaid terjatuh dan menyatakan insaf kepada Mush’ab. Bagaikan cahaya yang berirama mengikuti naik dan turunnya sebuah kata yang indah. Usaid tertampar secara keras dengan apa yang dilakukan selama ini adalah sebuah kesalahan. Dan meyakini bahwasannya apa yang dibawa Rasulullah adalah menyempurnakan agama sebelumnya. Api yang menyala itu kian meredup dengan tetesan kata yang keluar dari Mush’ab. Usaid dengan tanpa pikir panjang menyatakan Islamnya.


Berita gembira masuknya Usaid sangat gencar dibicarakan masyarakat. Kemudian disusul dengan Sa’ad bin Muadz dan Sa’ad bin ‘Ubadah masuk islam. Ketika pembesar-pembesar kabilah Madinah sudah masuk islam maka yang terjadi semua masyarakat dan pengikutnya tidak ragu untuk mengikuti jejak keimanan yang telah dilihatnya. Kebanyakan dari masyarakat masuk Islam secara berduyun-duyun.

Bersambung…
UMMUALI/NYL

Sa’id bin ‘Amir: “Pemilik Kebesaran di Balik Kesederhanaan”

Sa’id adalah salah satu deretan sahabat Rasulullah yang ditokohkan, meskipun namanya tidak seterkenal nama-nama lain. Ia teladan dalam ketakwaan yang tidak mau menonjolkan diri.



Sa’id memeluk Islam tidak lama sebelum pembebasan Khaibar. Sejak memeluk Islam dan berbai’at kepada Rasulullah SAW, seluruh kehidupannya, segala wujud dan cita-citanya dibaktikan kepada Islam dan Rasulullah. Ketaatan, kezuhudan, keshalihan, keluhuran, ketinggian dan semua sifat baik ada pada manusia suci dan baik ini.

Jika di tengah keramaian, tidak akan didapati sesuatu yang menarik dari dirinya. Beliau hanyalah seorang prajurit lusuh dengan rambut tidak terurus. Pakaian dan penampilannya tidak beda dengan orang-orang miskin lainnya. Namun, kebesaran laki-laki ini lebih sejati dibandingkan hanya berupa penampilan luar dan kemewahan. Ia jauh tersembunyi di sana, di balik kesederhanaan dan kesahajaannya.

Singkat cerita, ketika Khalifah Umar bin Khaththab memecat Mu’awiyah dari jabatannya sebagai gubernur wilayah Syam, ia mencari-cari penggantinya.

Syam saat itu adalah wilayah yang sudah maju dan cukup luas, karena itu Syam menjadi pusat perdagangan yang penting dan tempat yang tepat untuk bersenang-senang. Syam wilayah penuh godaan. Oleh karena itu, yang cocok menjadi gubernur Syam adalah orang suci yang ditakuti oleh setan apa pun. Orang yang zuhud, ahli ibadah, taat pada agama dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah.

Akhirnya pilihan Umar pun jatuh kepada Sa’id untuk menjadi gubernur Syam yang berpusat di Hims. Jabatan yang diberikan padanya tidak serta diterima oleh Sa’id begitu saja, tetapi justru ia menolak dan mengatakan,


“Jangan hadapkan aku dengan ujian berat, wahai Khalifah.”

Dengan nada keras Umar menjawab, “Demi Allah, kau tidak boleh menolak. Kalian sudah meletakkan amanah dan tanggungjawab pemerintah kepadaku, lalu setelah itu kalian meninggalkanku sendiri?”. Mendengar jawaban Khalifah, akhirnya Sa’id pun menerima amanah tersebut dan berangkatlah ia bersama istrinya ke Hims.

Saat itu, perilaku penduduknya Hims sering terjadi pembangkangan dan pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah. Ada kesamaan seperti di Kufah, maka Hims disebutlah sebagai Kufah kedua. Namun, terhadap kepemimpinan Sa’id – dengan izin Allah- mereka taat dan patuh. Meskipun demikian, adanya keluhan dari masyarakat tetap tidak bisa dihindari.

Suatu hari, Khalifah Umar berkunjung ke Hims, ia bertanya kepada penduduk Hims yang sedang berkumpul, “Bagaimana pendapat kalian tentang Sa’id?

Kemudian seorang laki-laki tampil bicara untuk mengemukakan keluhannya. “Kami mengeluhkan 4 perkara:

pertama , ia baru keluar menemui rakyatnya setelah hari sudah siang; kedua, ia tidak melayani seorang pun di malam hari; ketiga, setiap bulan ada dua hari di mana ia tidak melayani rakyatnya, dan kami tidak melihatnya sama sekali; dan ada satu lagi (keempat) yang sebetulnya bukan kesalahannya tapi mengganggu kami yaitu sewaktu-waktu ia jatuh pingsan.” Lalu laki-laki itu duduk.

Khalifah Umar menunduk sebentar dan mempersilahkan Sa’id membela dirinya. Ia berkata, “Mengenai keluhan mereka bahwa aku tidak keluar menemui mereka kecuali hari sudah siang, demi Allah, sebetulnya aku tidak ingin menyebutkannya. Kami tidak punya pembantu, maka akulah yang membuat roti; dari mengaduk tepung hingga roti itu siap dimakan. Setelah itu aku berwudhu, dan salat dhuha. Baru setelah itu, aku keluar menemui mereka.”

Wajah Umar berseri-seri, dan ia mengucapkan, “Alhamdulillah. Lalu yang kedua?”

Sa’id melanjutkan pembicaraannya, “Adapun keluhan kedua bahwa aku tidak melayani mereka di malam hari, maka demi Allah aku benci menyebutkan sebabnya. Aku telah menyediakan siang hari untuk mereka, sedangkan malam hari untuk Allah.”

“Mengenai keluhan ketiga bahwa dua hari setiap bulan aku tidak menemui mereka, sebabnya adalah aku tidak mempunyai pembantu yang mencucikan pakaianku, sedangkan pakaianku tidak banyak. Aku tidak bisa berganti pakaian dengan leluasa. Karena itu, aku mencucinya lalu menunggu sampai kering, hingga baru bisa keluar menemui mereka di sore hari.”

“Adapun tentang keluhan mereka bahwa aku sering jatuh pingsan, sebabnya adalah ketika di Mekah dulu, aku melihat langsung Khubaib bin al-Anshari tewas. Tubuhnya disayat-sayat oleh orang-orang kafir Quraisy. Saat itu, aku masih kafir. Aku menyaksikan dengan mata kepalaku dan aku tidak bergerak sedikit pun untuk menolong Khubaib. Karena itu, aku sangat takut akan siksa Allah kelak, hingga aku jatuh pingsan.”

Selesai sudah pembelaan Sa’id, kedua pipinya basah oleh air mata.

Khalifah Umar tidak bisa menahan rasa harunya. Ia berseru dengan gembira, “Alhamdulillah, firasatku tidak melesat.” Lalu ia merangkul Sa’id, dan mencium keningnya yang bercahaya.

Sebagai gubernur, tentu gaji yang diterimanya juga banyak. Akan tetapi, yang diambilnya hanyalah sekadar keperluan diri dan istrinya, selebihnya dibagikan kepada orang-orang miskin. Ia tetap dengan kesederhanaannya walaupun ia seorang pembesar di wilayahnya.

Pada tahun 20 Hijriah, Sa’id menghadap Tuhannya dengan lembaran yang paling bersih, dengan hati yang paling suci dan dengan kehidupan yang paling cemerlang.

Sungguh, ia sangat merindukan berkumpul kembali dengan Rasulullah; gurunya, rekan-rekannya. Semuanya berkumpul dengan membawa lembaran suci.

Hari ini, ia akan menemui mereka dengan hati tenang, jiwa yang tenteram dan beban yang ringan. Tiada sedikit pun kekayaan dunia yang membebani punggungnya.

Ia hanya membawa keshalihan, kezuhudan, ketakwaan dan akhlak mulia. Ia hanya membawa keutamaan-keutamaan yang memberatkan timbangan kebaikannya. Ia membawa keistimewaan yang menggoncangkan dunia, dan sama sekali tidak tertipu.

Salam sejahtera untuk Sa’id bin ‘Amir.

Tak Lebih 10 Menit, Jika Amalan Ini Dibaca Setiap Hari Insyaallah Rezeki Melimpah dan Hidup Penuh Berkah

 



Ulama ahli thoriqoh muktabarah Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya atau dikenal dengan Habib Luthfi mengijazahkan suatu amalan penarik rezeki.Barang siapa yang mengamalkannya, atas kuasa Allah maka rezekinya akan semakin lancar dan hidupnya penuh dengan keberkahan.


Amalan ini pertama kali diijazahkan oleh Habib Luthfi kepada seseorang yang datang kepadanya dan mengeluh soal rezeki keluarganya.


Amalan tersebut sangat mudah dibaca dan diamalkan karena cukup singkat dan tidak menghabiskan waktu lama, kurang dari 10 menit.


Meskipun diijazahkan kepada salah satu orang, menurut ulama kharismatik sekaliber Habib Luthfi boleh untuk diamalkan siapa saja yang membaca ijazah ini.


Jawab 'qobiltu' untuk menerima ijazah ini sebelum membaca lebih lanjut dalam artikel ini.


Berikut ijazah amalan penarik rezeki supaya hidup kita berkah dari Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan.Diceritakan bahwa ada seseorang yang sowan ke Habib Luthfi mengadu tentang rezeki keluarganya.


Orang tersebut bernama Ahmad Fajari Ash-Shadhili meminta petunjuk atas kesulitan rezekinya itu.


Ia bercerita, bahwa selama hidupnya terus kesulitan untuk mencari rezeki.


Setelah menikah, dirinya mencari kerja tapi terus tidak dapat pekerjaan tetap.


Bahkan, saat dia mencoba untuk berdagang, barang dagangannya hanya laku di awal-awal saja.


Ia pun mengaku berkali-kali melamar pekerjaan di sebuah perusahaan, namun tidak pernah diterima.


Apalagi saat ikut kerja pada orang lain, ada saja maslah yang dihadapi sampai tidak bertahan lama.


Fajari mengaku bahwa selama ini dia hidup ngontrak rumah yang selalu berpindah-pindah.


Penghasilan yang ia dapatkan, belum cukup untuk mencukupi kebutuhan keluarga.


Sedangkan dia adalah kepala rumah tangga yang punya banyak anak, sehingga kebutuhannya pun juga banyak.


Seketika Habib Luthfi mendengar curhatan pria tersebut langsung memberikan amalan.


Amalan ini diberikan Habib Luthfi Bin Yahya kepada Fajari yang mengeluh soal rezekinya itu.


“Kamu amalkan surat Annas 100x dibuka dengan sholawat 100x lalu ditutup dengan sholawat 100x juga,” pesan Habib Luthfi.


“Baik Abah,” jawab Fajari menerima ijazah amalan yang diberikan itu.


Dilansir Malang Terkini dari akun Instagram @majalahsantri ijazah amalan ini bersifat umum.


Jadi, amalan ini bisa diamalkan oleh siapa saja, meskipun belum pernah bertemu dengan Habib Luthfi Bin Yahya.

Dengan amalan ini, insyaallah atas kuasa Allah orang mengamalkannya diberi kelapangan rezeki.

Serta rezeki yang didapatkan banyak sekali keberkahan dalam hidup.


Selain itu, orang yang mengamalkan amalan ini insyaallah akan selalu diberikan kemudahan dalam segala urusannya.

Apalagi dalam urusan rezeki, insyaallah akan semakin diperlancar oleh Allah subhanahu wata’ala.

Kamu Sering TERBANGUN Antara Jam 3 Sampai 5 Pagi, Bersyukurlah, Tandanya Rahmat Allah ini Sampai Kepadamu!


Bangun di tengah malam mungkin tampak seperti gangguan tidur yang menyebalkan tapi juga sebenarnya merupakan tanda dari tubuh untuk mengkomunikasikan sesuatu. Terkadang itu sebenarnya merupakan gejala dari sesuatu yang spiritual. Tubuh tidak hanya mencoba membuatmu frustrasi, tapi juga mencoba membantumu terhubung dengan diri sendiri dan kekuatan yang lebih besar.Jangan abaikan kesempatan ini untuk membangunkan spiritual dirimu. Perjalanan spiritual dimulai dengan mengenali pola tidur ini sebagai pesan penting dari kekuatan ilahi. Hal ini dimungkinkan untuk belajar bagaimana berkomunikasi dengan media adikodrati ini jika kamu meluangkan waktu untuk memahami siklus waktu yang berbeda.1. Jika kamu terbangun antara pukul 9 dan 11 siang, ini adalah indikasi berbeda dari keinginan bawah sadarmu. Bangun pada jam-jam itu sebenarnya adalah pertanda bahwa kamu mengalami stres yang semakin tinggi. Berjuang untuk tetap tertidur selama periode istirahat normal ini berarti kamu perlu mulai mengelola stres dengan lebih baik. Mencoba meditasi atau yoga sebelum tidur dapat membantu mengurangi tingkat stres dan mencegah terbangun selama jam-jam ini.


2. Bangun antara pukul 11 ​​malam dan 1 dini hari adalah pertanda bahwa kamu mengalami kesulitan emosional. Meski sepertinya terpisah, tubuh dan pikiran kita saling terkait. Jika kamu mengalami perubahan mood yang tidak normal, kantung empedu adalah organ pertama yang terkena. Harus sering menggunakan kamar mandi selama jam-jam ini adalah tanda pasti bahwa ada sesuatu yang secara emosional salah dalam hidupmu. Pastikan untuk menjaga diri sendiri secara emosional karena secara inheren akan mempengaruhi keadaan fisikmu. Menuliskan pemikiran positif dan mengulanginya sepanjang hari adalah cara yang baik untuk mulai memperbaiki ini.


3. Antara jam 1 dan 3 pagi, kamu mungkin juga terbangun. Ini adalah pertanda pasti bahwa kamu marah dengan sesuatu. Meski kemarahan adalah cara sementara untuk mengatasi emosi kita, meski bukan solusi yang tahan lama. Saat kamu marah, hati adalah organ yang paling banyak terkena dampaknya. Untuk memulai penyembuhan kemarahan dan hati, ada gunanya mencoba bermeditasi sebelum tidur dan tetap terhidrasi dengan baik. Segelas air di samping tempat tidur adalah cara yang baik untuk memastikan bahwa kamu tidak terlalu haus saat tidur.


4. Jika kamu terbangun antara jam 3 dan 5 pagi, sebenarnya ini adalah pertanda bahwa kamu mencoba terhubung dengan kekuatan ilahi. Tradisi pengobatan Tionghoa kuno telah membahas fenomena ini selama berabad-abad. Selama periode istirahat antara pukul 3 dan 5 pagi, tubuh terhubung untuk merespons energi tertentu. Jika kamu terbangun pada jam-jam ini, itu adalah pertanda bahwa kamu memiliki keinginan bawah sadar untuk terhubung dengan energi supranatural alam semesta.


5. Bangun antara jam 5 dan 7 pagi adalah pertanda bahwa kamu menghalangi sesuatu secara emosional. Ada kemungkinan sesuatu dalam hidup yang membebanimu dan inilah yang menyebabkan kamu tidak mendapatkan istirahat yang baik. Aliran energimu terhambat dan ini mempengaruhi area usus bawah. Jika kamu terbangun selama masa ini, yang terbaik adalah bangun dan peregangan atau menggunakan kamar mandi agar energi kembali ke tempat yang seharusnya.


Belajar bagaimana menjadi lebih selaras dengan tubuh kita adalah langkah pertama untuk meningkatkan kesehatan mental dan spiritual kita. Jadi, cobalah atasi masalah tidur yang kamu alami.

10 Ciri-ciri Orang Ini yang Mati Husnul Khotimah, Semoga Kita Salah Satunya




Ada beberapa khusnul khotimah yang dirinci oleh para ulama berdasar dalil-dalil dari Al-Qur'an dan As Sunnah. Diantaranya;


1. Seseorang yang mengucap kalimat ‘Laa ilaaha illallah‘, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam;


مَنْ كَانَ آخِرُ كَلامِهِ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ


“Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah ‘Laa ilaaha illallooh’ maka dia akan masuk Surga.” (HR. Abu Dawud)


2. Meninggal dengan keringat di dahi, berdasar hadits Ibnu Buraidah bin Hashib sebagai berikut ;


عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّه

كَانَ بِخُرَاسَانَ فَعَادَ أَخًا لَهُ وَهُوَ مَرِيضٌ فَوَجَدَهُ بِالْمَوْتِ وَإِذَا هُوَ يَعْرَقُ جَبِينُهُ فَقَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَوْتُ الْمُؤْمِنِ بِعَرَقِ الْجَبِينِ


“Dari Ibnu Buraidah dari ayahnya bahwa ia berada di Khurasan, ia menjenguk saudaranya yang sakit, ia menemuinya tengah sekarat dan dahinya berkeringat, ia berkata: Allaahu Akbar, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang mu`min meninggal dunia dengan (mengeluarkan) keringat didahinya.” (HR. Ahmad)


3. Mati pada malam Jum’at atau di siang hari Jum’at, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam;مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ

“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia di hari Jum’at atau pada malam Jum’at kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)


4. Orang yang meninggal karena tho’un (penyakit wabah atau sampar). Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda;


الطَّاعُوْن ُشهَاَدَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ


“Mati karena penyakit sampar adalah syahid bagi setiap muslim.” (HR. Bukhari)


5. Orang yang meninggal karena sakit perut, atau penyakit yang berhubungan dengan perut seperti; maag, kanker, usus buntu, kolera, disentri, bat ginjal dan lain sebagainya.


وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيْدٌ


“Barangsiapa yang mati karena sakit perut maka dia adalah syahid.” (HR. Muslim)

6. Orang yang meninggal karena tenggelam, karena kejatuhan bangunan atau tebing. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda;


الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ


“Orang yang mati syahid itu ada lima; orang yang meninggal karena penyakit tha’un, sakit perut, tenggelam, orang yang kejatuhan (bangunan atau tebing) dan meninggal di jalan Allah.” (HR. Bukhari)


7. Orang yang meninggal dalam suatu urusan di jalan Allah (Sabilillah) .


Seperti seseorang yang meninggal dalam perjalanan dakwah atau meninggal sewaktu mengajar ilmu agama atau ketika melakukan amal kebajikan kepada sesama yang diniatkan ikhlas karena Allah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Bukhari diatas.


Fisabilillah adalah berjuang di jalan Allah juga dalam pengertian luas sesuai dengan yang ditetapkan oleh para ulama.

8. Seorang wanita yang meninggal karena melahirkan anaknya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda;


قَتْلُ الْمُسْلِمِ شَهَادَةٌ وَالطَّاعُونُ شَهَادَةٌ وَالْبَطْنُ وَالْغَرَقُ وَالْمَرْأَةُ يَقْتُلُهَا وَلَدُهَا جَمْعَاءَ


“Terbunuhnya seorang muslim terhitung syahid, kematian karena wabah thaun terhitung syahid, kematian karena sakit perut terhitung syahid, kematian karena tenggelam terhitung syahid dan seorang wanita yang mati karena melahirkan anaknya terhitung syahid.” (HR. Ahmad)


9. Seseorang yang terbunuh karena mempertahankan hartanya atau kehormatannya. Abu Hurairah RA meriwayatkan;


جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ” أَرَأَيْتَ إِنْ جَاءَ رَجُلٌ يُرِيدُ أَخْذَ مَالِي قَالَ : فَلَا تُعْطِهِ مَالَكَ قَالَ : أَرَأَيْتَ إِنْ قَاتَلَنِي قَالَ : قَاتِلْهُ قَالَ : أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلَنِي قَالَ : فَأَنْتَ شَهِيدٌ قَالَ : أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلْتُهُ قَالَ : هُوَ فِي النَّارِ “


Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam dan bertanya; “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau ada seseorang yang hendak mengambil hartaku?” Beliau bersabda, “Jangan engkau berikan hartamu!” Bagaimana kalau ia melawanku?” Beliau bersabda; “Lawanlah dia!”, “Bagaimana kalau dia membunuhku?” Beliau bersabda; “Engkau syahid”, “Bagaimana kalau aku yang membunuhnya?” Beliau bersabda; “Dia di neraka!.” (HR. Muslim)


مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ


“Barangsiapa yang terbunuh karena mempertahankan hartanya maka dia syahid, barangsiapa yang terbunuh karena memeprtahankan agamanya maka dia syahid, barangsiapa yang terbunuh karena mempertahankan nyawanya maka dia syahid dan barangsiapa yang terbunuh karena memeprtahankan keluarganya maka dia syahid.” (HR. Tirmidzi)


10. Orang yang meninggal dalam keadaan mengerjakan kebaikan atau amal sholeh.


Seperti seseorang yang meninggal dalam keadaan sholat, melaksanakan ibadah haji, bersilaturahmi dan sebagainya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;


مَنْ قَالَ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ ، خُتِمَ لَهُ بهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ صَامَ يَوْمًا ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بهَا ، دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ تَصَدَّقَ بصَدَقَةٍ ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بهَا ، دَخَلَ الْجَنَّةَ “


“Barangsiapa yang meninggal ketika mengucap ‘Laa ilaaha illallah’ ikhlas karena maka dia masuk


Surga, barangsiapa yang berpuasa pada suatu hari kemudian meninggal maka dia masuk Surga, dan barangsiapa yang bersedekah ikhlas karena Allah kemudian dia meninggal maka dia masuk Surga.” (HR. Ahmad). 

Doa Orang Tua Untuk Anak Tidak Dikabulkan? Mungkin Inilah Sebabnya

Doa Orang Tua Untuk Anak Tidak Dikabulkan? Mungkin Ini Sebabnya




Doa Orang Tua Untuk Anak Tidak Dikabulkan, Kok Bisa? Padahal doa orangtua adalah salah satu doa yang diijabahi Allah. Tapi kenapa ada doa orangtua yang tak dikabulkan, hingga seakan tak berpengaruh sama sekali untuk anak? Berikut ini kisah dan penjelasan tertolaknya doa orang tua akibat makanan.




"Saya sudah mendoakan anak saya untuk sekian lama, Kyai. Selesai shalat lima waktu, setelah shalat tahajud. Tapi anak saya kok tetap nakal. Tidak ada perubahan sama sekali. Doa orangtua seperti tidak terkabul," gerutu seorang ibu menceritakan kondisi anaknya yang duduk di bangku sekolah menengah.




Sang Kyai diam sejenak. Ia mencoba memahami keseluruhan cerita ibu tadi. Dengan nada berhati-hati ia mencoba menggali pertanyaan.




"Mohon maaf apakah Ibu pernah memberikan makanan dari hasil syubhat atau haram kepada anak ibu?"




Mendengar pertanyaan itu, sang ibu terdiam. Air mukanya menunjukkan kegundahan dan perlahan matanya berkaca-kaca.




"Iya, Kyai. Kalau dari uang syubhat sering. Suami saya sering mendapatkan uang yang tidak jelas. Kadang sebagai bentuk terima kasih customer yang telah dilayaninya. Kadang pemberian pimpinan yang nggak jelas dari mana. Kadang juga ada rekayasa laporan di tempat kerjanya."




"Nah, itu Bu. Ketika anak-anak mendapatkan asupan makanan yang haram atau syubhat, salah satu efeknya ia bisa terhijab dari doa. Apalagi orangtuanya juga memakan makanan haram. Semakin tidak nyambung itu doanya. Allah tidak berkenan mengabulkan doa orangtua tersebut"




Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:




"Wahai manusia, sesungguhnya Allah Maha Baik dan hanya menerima yang baik. Sesungguhnya Allah telah memerintahkan orang-orang mukmin untuk sama seperti yang diperintahkan kepada para nabi. Kemudian beliau membaca firman Allah yang artinya, Wahai para rasul, makanlah makanan yang baik dan kerjakanlah amal shalih. Dia juga berfirman yang artinya, Hai orang-orang mukmin, makanlah makanan yang baik yang telah Kami anugerahkan kepadamu. Kemudian beliau menceritakan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh hingga rambutnya kusut dan kotor, ia menengadahkan tangannya ke langit seraya berdoa, Ya Rabb, ya Rabb. Akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan ia kenyang dengan yang haram. Maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan." (HR. Muslim)




Ketika menjelaskan hadis diatas, para ulama menerangkan bahwa laki-laki tersebut telah memenuhi empat hal yang semestinya membuat doanya terkabul yakni ia seorang musafir, ia lelah, ia menengadahkan dua tangan dan sangat berharap kepada Allah. Namun karena ia menggunakan barang haram, doanya tertolak. Sebab makanan haram, minuman haram dan pakaian haram menjadi penghalang terkabulnya doa.




Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam bersabda,




إِنَّ الْعَبْدَ لَيَقْذِفُ اللُّقْمَةَ الْحَرَامَ فِي جَوْفِهِ مَا يُتَقَبَّلُ مِنْهُ عَمَلُ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً




Ketahuilah, bahwa suapan haram jika masuk dalam perut salah satu dari kalian, maka amalannya tidak diterima selama 40 hari.” (Riwayat At Thabrani)




كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنْ  الحَرامِ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ




”Tidaklah tumbuh daging dari makanan haram, kecuali nereka lebih utama untuknya.” (Riwayat Tirmidzi)




Para orangtua, mari kita menjaga diri dari makanan dan hal-hal yang syubhat. Kita jaga anak-anak kita dari makanan dan hal-hal yang haram.




Dengan demikian, semoga tak ada penghalang antara doa kita dan ijabah Allah. Semoga tak ada penghalang terkabulnya doa untuk kebaikan anak-anak kita.

Subhanallah... Inilah Manusia yang Sangat Terkenal di Langit

Seorang manusia bisa saja bangga ketika terkenal di seluruh dunia. Namun hal itu tidak menjadi jaminan dirinya terkenal diantara penduduk langit. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa di langit ada ribuan malaikat yang selalu mengucapkan kalimat pujian kepada Allah SWT.

Apalagi dengan adanya Singgasana Allah di sana, hal itu membuat kedudukan langit menjadi sangat spesial dalam Agama Islam. Ternyata ada golongan manusia yang sangat terkenal di kalangan penduduk langit tersebut.


Bukan artis, atau selebritis, dia hanya manusia biasa yang bekerja sebagai penggembala kambing miskin dan sudah yatim. Namun, Rasulullah SAW mengatakan bahwa semua penduduk langit mengenalnya, bahkan doanya selalu dikabulkan oleh Allah SWT. Siapakah dia? Berikut ulasannya.

Adalah Uwais Al Qarni, manusia yang namanya begitu terkenal di kalangan penduduk langit. Bahkan Nabi Muhammad SAW memerintahkan Ali bin Abu Thalib dan Umar bin Khattab agar meminta didoakan oleh Uwais Al Qarni, karena doanya tidak pernah ditolak Allah SWT.

Hidup Uwais Al Qarni begitu menderita, namun Ia tidak pernah mengeluh dan menjalani ujian dengan sabar. Pemuda ini berasal dari Negeri Yaman dan menderita penyakit Kopak atau tubuhnya belang-belang.

Kondisi ini tidak menjauhkannya dari Allah. Justru Uwais Al Qarni tubuh menjadi pemudah yang saleh dan sangat berbakti kepada satu-satunya orang tua yang dimiliki yakni sang Ibu. Ternyata kondisi Ibunya tidak kalah memprihatinkan. Ibunya yang sudah tua tersebut menderita lumpuh sehingga membutuhkan  Uwais untuk merawat dan memenuhi semua permintaan.

Namun, ada satu  permintaan Ibu yang agaknya sulit dikabulkan, yaitu ingin berhaji ke tanah suci. Bagaimana mungkin Uwais yang miskin itu mampu memberangkatkan sang ibu berhaji? Sementara untuk bisa sampai ke sana harus melewati gurun pasir tandus yang panas dengan perbekalan yang tidak sedikit.  Namun Allah tentu memiliki cara untuk mengundang Hamba-hamba pilihan-Nya.

"Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya.

Meski terkejut dengan permintaan sang ibu, namun Ia tidak patah arang. Ia kemudian berpikir tentang bagaimana mencari jalan keluar. Kemudian Ia membeli seekor anak lembu. Ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. Tindakan ini membuat orang desa begitu heran, bahkan sebagian menganggapnya aneh dan gila.

Lembu tersebut semakin hari semakin besar, sehingga membutuhkan tenaga yang besar pula untuk bisa mengangkatnya. Namun karena sudah terbiasa setiap hari, lembu tersebut tidak terasa berat lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.

Saat musim haji tiba, Ia benar-benar menggendong ibunya dari Yaman menuju Mekkah. Masya Allah. Begitu besarnya kasih sayang Uwais kepada sang Ibu. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."

Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Hikmahnya adalah agar mudah ditemukan oleh Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib. Karena saat masih hidup Rasulullah berpesan agar kedua sahabat Nabi itu menemukan Uwais dan meminta di doakan karena doanya sangat makbul.

"Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua."

"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)

Pertemuan Uwais Al-Qarni dengan Umar bin Khattab dan Ali bin Abu Thalib

Dalam hidupnya, Uwais Al-Qarni sangat mecintai Rasulullah SAW. Ia begitu sedih saat melihat tetangganya kembali dari Madinah dan bisa menemui kecintaannya itu. Saat itu, berita tentang patahnya gigi Nabi Muhammad saat perang Uhud terdengar ke berbagai negeri. Ia pun kemudian menggetok salah satu giginya dengan batu hingga patah sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad SAW.

Ternyata kerinduan Uwais memuncak. Akhirnya Ia mendekati ibunya untuk meminta izin pergi menemui Rasul. Mendengaar permohonan sang anak, Ibu Uwais mengizinkannya pergi.  “Pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”

Hati Uwais begitu gembira. Ia segera berkemas dan meninggalkan Yaman. Namun Ia terlebih dahulu mempersiapkan segala kebutuhan sang Ibu, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.

Perjalanan pun dimulai, jauhnya Madinah ternyata tidak menyurutkan niatnya. Setelah sampai di Madinah, sampailah Uwais di rumah Nabi. Sayang, pada saat itu Nabi tengah dalam peperangan dan hanya ditemukan Aisyah ra. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.

Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman.

Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.

Setelah peperangan usai, Nabi Muhammad SAW kemudian kembali ke Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi bertanya kepada Siti Aisyah perihal siapa yang datang mencarinya.

Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”

Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?

Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.

Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do'a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do'a pada kalian.”

Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Fenomena Ketika Uwais Al-Qarni Wafat

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni meninggal dunia. Namun ada yang janggal ketika penghuni langit ini wafat. Ada begitu banyak orang yang datang tanpa diketahui asalnya. Padahal Ia bukanlah sosok terkenal.

Saat akan dimandikan, ada banyak orang yang berebutan ingin memandikannya. Demikian juga ketika akan dikafani, sudah banyak yang menunggu dan ingin mengafaninya. Hal yang sama juga terjadi ketika hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Kematian Uwais menggemparkan negeri Yaman. Karena Ia bukan siapa-siapa, namun begitu banyak orang yang datang saat meninggalnya dan mengurus jenazahnya. Padahal semasa hidup, Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang.

Hal inilah yang membuat penduduk Yaman tercengang dan bertanya-tanya siapa sebenarnya Uwais.

“Bukankah dia hanyalah seoarang penggembala kambing dan unta yang miskin, namun mengapa begitu banyak orang yang datang mengurusi pemakamannya”

Berita keanehan ini menyebar ke seluruh negeri. Sejak saat itulah  penduduk Yaman tahu siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Karena selama ini Khalifah Umar ra dan Ali ra merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Ad Placement

Intermezzo

Travel

Teknologi