Inilah sahabat yang Menjadi duta Madinah pada saatNya - Remaja Muslim

Inilah sahabat yang Menjadi duta Madinah pada saatNya





Rasulullah sangat tertarik pada Mush’ab. Dengan segala kemewahan yang diberikan orang tuanya rela ditinggalkan mengikuti agama yang dibawaNya. Mush’ab yang dulu memakai pakaian yang berkilau sekarang memakai pakaian yang usang dan melarat. Baginya lebih baik hidup dengan kekurangan harta daripada bergelimang harta tetapi harus menganut agama yang menyesatkan. Sampai makan pun sehari makan dan beberapa hari menderita lapar. Tetapi Allâh menghias jiwanya dengan aqidah yang suci dan cemerlang berkat adanya Nur Ilahi yang merubah dirinya menjadi sosok yang terlahir kembali menjadi manusia yang dihormati, penuh wibawa dan disegani.


Dakwah rasulullah hendak disebarkan ke semua negeri Jazirah Arab. Suatu ketika Rasulullah menunjuk Mush’ab menjadi duta atau utusan Rasul ke Madinah. Mush’ab diperintahkan untuk mengetahui seluk beluk agama kepada orang-orang Anshar yang telah nerima dan dibai’at kepada Rasulullah di bukit Aqabah. Serta mengajak orang untuk mempersiapkan kota Madinah untuk menyambut Hijratul Rasul.


Tanggungjawab yang berat telah diberikan kepada Mush’ab untuk mengemban tugas mempersiapkan Madinah sebagai kota yang tidak akan lama lagi menjadi kota tepatan atau kota hijrah yang kebanyakan akan terlahir da’i dan dakwah, tempat berhimpunnya penyebaran Islam dan Pembela Islam. Dengan sikap yang dimiliki Mush’ab berupa fikiran yang cerdas, budi yang luhur serta sifatnya yang zuhud, kejujuran dan kesungguhan hati, ia berhasil melunakkan dan menawan hati para penduduk Madinah hingga semua orang berduyun-duyun masuk islam. Hanya hitungan bulan mampu meningkatkan pengikut islam dengan ratusan orang yang bermula dari 12 orang yang di bai’at di bukin Aqabah.


Mush’ab bin umair telah membuktikan bahwasannya pilihan Nabi adalah tepat kepada dirinya meskipun masih banyak orang yang jauh lebih berpengaruh dan lebih dekat hubungannya dengan Rasulullah. Tidak lain hanya sebatas menyampaikan karena bahwasannya kebenaran ini harus disebarkan agar islam segera tegak. Menyampaikan islam dengan berita gembira bahwasannya Muhammad utusan Allâh. Dan semua dilakukan tidak lain hanya mengharap Ridha Allâh.
Di Madinah Mush’ab sangat gencar menyebarkan islam. Dengan ditemani As’ad ia pergi dari kabilah ke kabilah, dari rumah ke rumah, dari tempat-tempat pertemuan tidak lain menyebarkan islam dengan menyampaikan ayat-ayat Kitab Suci dari Allâh bahwa Allâh itu ESA.


Mush’ab tahu apa yang telah dilakukan selama di Madinah akan mempunyai resiko tinggi bagi nyawanya dan ummat yang mengikuti ajaran islam. Tetapi semua itu bisa ditepis dengan kecerdasan akal dan kebesaran jiwanya. Suatu ketika di saat menyebarkan islam di tengah kumpulan kecil majelis, Mush’ab disergap orang dari suku kabilah Adbul Asyhal, dia adalah Usaid bin Hudlair. Usaid ditodong dengan sebuah lembing dengan kemarahan yang berapi-api karena menyaksikan sendiri Mush’ab menyebarkan islam secara terang-terangan dan menganggap mengacau dan menyelewengkan pemikiran anak buahnya. Dia tidak mengenal Tuhan Mush’ab sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan belum mendengarnya. Menurutnya Tuhannya tepat berada pada tempatnya masing-masing bisa dilihat secara nyata. Ketika mengalami kesulitan segera datang untuk berkelih kesah tentang apa yang dihadapi. Tetapi kata Usaid Tuhan Muhammad tidak menampakkan tempatnya yang nyata. Tidak ada seorang pun yang dapat melihat keberadaanNya. Kedatangan Usaid dengan murka yang menjadi-jadi membuat semua dalam majelis ketakutan. Tetapi Mush’ab sangat tenang bagaikan air muka yang tidak berubah. Dia sudah mengira pasti akan menerimanya dengan pertentangan.


“Apa maksud kalian datang ke kampung dengan membawa ajaran Muhammad, apakah pembodohan rakyat terus akan dilakukan? Tinggalkan segera tempat ini jika tak ingin segera nyawa kalian melayang!” kata Usaid seperti singa yang akan menekan mangsanya.


“Kenapa kalian tidak duduk dan mendengarkan dulu? Seandainya anda menyukai nanti, anda dapat menerimanya. Sebaliknya ketika tidak menyukai kami bersama ummat akan menghentikan apa yang tidak anda sukai itu!” kata demi kata yang keluar dari bibir Mush’ab seperti laksana terang dan damainya sebuah cahaya fajar.


Yang diminta hanya mendengarkan apa yang telah dikaji dalam perkumpulan majelis kecil itu. Usaid seorang yang berakal dan berfikiran sehat. Beliau adalah orang yang bisa diajak untuk berfikir. Ketika Usaid tidak menyukainya tentang apa yang dijelaskan Usaid secara suka hati akan mencari tempat dan masyarakat yang lain.


Mush’ab membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan menguraikan dakwah yang dibawa oleh Muhammad bin Abdullah Saw. Seketika lembing yang dibawa Usaid terjatuh dan menyatakan insaf kepada Mush’ab. Bagaikan cahaya yang berirama mengikuti naik dan turunnya sebuah kata yang indah. Usaid tertampar secara keras dengan apa yang dilakukan selama ini adalah sebuah kesalahan. Dan meyakini bahwasannya apa yang dibawa Rasulullah adalah menyempurnakan agama sebelumnya. Api yang menyala itu kian meredup dengan tetesan kata yang keluar dari Mush’ab. Usaid dengan tanpa pikir panjang menyatakan Islamnya.


Berita gembira masuknya Usaid sangat gencar dibicarakan masyarakat. Kemudian disusul dengan Sa’ad bin Muadz dan Sa’ad bin ‘Ubadah masuk islam. Ketika pembesar-pembesar kabilah Madinah sudah masuk islam maka yang terjadi semua masyarakat dan pengikutnya tidak ragu untuk mengikuti jejak keimanan yang telah dilihatnya. Kebanyakan dari masyarakat masuk Islam secara berduyun-duyun.

Bersambung…
UMMUALI/NYL

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Disqus comments